Dinasti Salajikah (Saljuk) berasal dari kabilah kecil keturunan Turki yaitu kabilah Auruq bersama kabilah-kabilah lainnya membentuk suatu rumpun yang bernama Ghuzz (Ogush) di Turkistan dan berimigrasi ke barat di bawah Saljuk ibnu Tuqaq, mereka menempati pegunungan di dekat laut Khawarisan dan selanjutnya menetap di Transokiana.
Di Transokiana mereka merintis suatu tatanan kehidupan yang penuh persahabatan dengan dinasti Samaniyah dan sama-sama memerangi bangsa Turki dan Kafir ketika dinasti Samaniyah runtuh pada tahun (384 H) Sultan Mahmud al-Ghaznawi mengijinkan orang Saljuk menyeberang ke Khurasan.
Pada tahun (429 H) pemimpin Salajikah, yakni Tughril Beg berhasil memasuki Nisapur dan menduduki singgasan dinasti Ghaznawi dengan memakai gelar sultan. Setelah menguasai seluruh wilayah Khurasan Tughril Beg memproklamirkan bedirinya dinasti Saljuk dan ternyata usaha itu mendapat pengakuan dari Khalifah al-Qaim bin Amr Allah di Baghdad dan hampir seluruh daerah-daerah Irak dikuasai oleh Tughril Beg.
Sasaran utama agresi yang dilancarkan Tughril Beg adalah kota Baghdad yang secara praktis dikuasai oleh jenderal Arselan Bassaseri dari dinasti Buwaihi, dimana Tughril Beg memanfaatkan suasana chaos yang terjadi dalam dinasti Buwaihi dengan kekuatan tentara Tughril Beg berhasil menduduki Baghdad dan membebaskan Khalifah al-Qa’im dan sebagai penghargaan, maka khalifah menobatkannya sebagai penguasa Baghdad dengan gelar Rukn ad-Daulah Yamin Amir al-Mukminin.
Dinasti ini terbentuk pada tahun (429 H/1038 M), dan berlangsung hingga tahun (582 H/1194 M). Mengenai terbentuknya, terdapat dua versi; partama, ketika raja Turki yang bernama Baighu ingin menguasai wilayah kerajaan Islam, Dukak menentangnya dan akhirnya dia memisahkan diri dengan pengikutnya dan membentuk suatu komunitas yang terpisah dengan kerajaan. Kedua, adalah sejak Ibnu Dukak memisahkan diri dari kerajaan bersama pengikutnya dan memasuki wilayah Islam dengan mendirikan pemukiman di dekat daerah Jand di mulut sungai Jaihun. Saljuk yang berfaham Sunni berhasil memasuki Baghdad pada tahun 1055 M, dan menggantikan Buwaihiyah Syi’ah yang lebih dahulu menguasai wilayah kekuasaan Abbasiyah bagian timur. Pada ekspansi ke Barat, saljuk harus menghadapi kekaisaran Bizantium dan ini merupakan salah satu sebab terjadinya perang salib.
Periode Saljuk merupakan periode yang mempunyai arti yang istimewa dalam panggung sejarah, karena sultan sultan Saljuk menjadi pelindung kepercayaan dan memainkan peranan utama dalam peperangan-peperangan melawan orang-orang salib. Mereka juga sangat terkenal karena perlindungan mereka terhadap kebudayaan Islam.
Pertumbuhan kekuatan Saljuk, perselisihan dan kelemahan yang merupakan karakteristik pemerintahan pemimpin terakhir, dari bani Abbasiyah seakan memberi isyarat bagi kaum Saljuk untuk melakukan aktivitas-aktivitas misionaris guna menancapkan kekuasaan di Irak dan Persia membawa kepada berdirinya pemerintahan Saljuk di Baghdad.
B. Kemajuan-kemajuan yang dicapai dinasti Salajikah
Sejak berdirinya dinasti Salajikah di bawah kekuasaan Tughril Beg sampai ke Malik Syah sungguh terdapat kemajuan dan puncak keemasan dari dinasti Salajikah. Kemajuan-kemajuan yang telah dicapai antara lain adalah :
1. Bidang politik
Kemajuan di bidang politik terlihat pada terkendalinya stabilitas politik dalam negeri. Di samping itu juga adanya akspansi ke beberapa daerah kekaisaran Bizantium yang dapat di porak-porandakan oleh Alp Arselan pada tahun 1871 M sehingga membuka peluang bagi Saljuk untuk dapat menguasai Asia kecil yang pada waktu sebelumnya (bangsa Arab) selalu gagal menguasainya.
Kala itu, dinasti Saljuk semakin besar dan meluas wilayahnya hingga daerah Nur Bukhara (sekarang Nur Ata) dan sekitar Samarkand. Hal itu karena koalisinya dengan dinasti Samaniyyah ketika terjadi persaingan politik dengaan dinasti Khainiyyah, keberpihakan ini dilakukan dengan alasan dinasti Samaniyyah membawa paham yang sama (Sunni) dan dengan niat untuk memperoleh wilayah di mulut sungai Jaihan sebagai pemukiman dan menjadikan kota Jand sebagai pusat kegiatan sosial politik mereka.
Setelah kematian Malik Syah, dinasti Saljuk mengalami perpecahan dan kemunduran drastis. Hal ini membuka peluang bagi dinasti lainnya seperti Khawarijan Shakis yang semula merupakan gubernur Saljuk dan akhirnya memberikan peluang kepada pasukan Mongol untuk mengadakan penyerbuan sehingga akhirnya adminstrasi pemerintahan dinasti Saljuk diambil alih oleh para gubernur dan jenderal Mongol dan para pegawai dan tentara Saljuk dibubarkan, dan kondisi ini diperburuk lagi dengan beban pajak yang terlalu tinggi bagi masyarakat Turki, yang pada gilirannya nampaklah gejala kemiskinan dalam kehidupan sosial.
2. Bidang sosial dan fisik keagamaan
Reputasi Malik Syah dan wazir Nizam al-Malik ternyata tidak hanya pada keberhasilan memancangkan kekuasaan dinasti Salajikah sebagai suatu kekuatan yang besar dalam wilayah yang luas. Tetapi keduanya juga berhasil membangun negara dan masyarakat, jalan-jalan raya, jembatan-jembatan, irigasi, rumah sakit, perdagangan dan industri.
Kemajuan dalam bidang fisik keagamaan seperti terlihat pada pembangunan sarana-sarana peribadatan, misalnya masjid al-Jami di Isfahan, masjid Mahmud Syahdi Garyaikan, masjid Burjian, masjid Industan dibangun pada tahun 1158, dan masih banyak lagi masjid-masjid yang lainnya. Keberhasilan ini tentu tidak lepas dari faktor stabilitas politik dan ekonomi yang mantap.
3. Bidang ilmu pengetahuan
Seperti yang dikemukakan terdahulu, Malik Syah adalah seorang cendikiawan yang sangat cerdik dan pelindung pengetahuan. Nizam Malik adalah seorang wazir yang berasal dari keturunan Persia yang sangat berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan ketika itu. Ia adalah tokoh yang sangat cemerlang pada masa pemerintahan Alp Arselan dan Malik Syah. Pada tahun 1065-1067 Nizam al-Malik mendirikan sebuah lembaga perguruan tinggi Islam yang dikenal dengan nama al-Madrasah al-Nizhamiyah di Baghdad dan menjadi model bagi lembaga-lembaga perguruan Islam masa itu.
c. Penyebab kemunduran dinasti Salajikah
Berbagai faktor penyebab kemunduran dinasti Salajikah yaitu :
1. Faktor internal
Kebesaran dan persatuan dinasti Salajikah berakhir dengan kematian sultan Malik Syah. Sultan-sultan sesudahnya tidak ada lagi yang mampu mempersatukan rakyatnya, bahkan muncul perang saudara di antara kalangan keluarga istana untuk saling memperebutkan kekuasaan sehinggga dalam kondisi seperti itu Saljuk yang dulunya kuat dan terkenal di panggung sejarah beralih menjadi sebuah kerajaan yang lambat laun menjadi lemah. Dalam kondisi seperti inilah terbuka peluang bagi kelompok lain untuk melancarkan siasat dalam rangka menghancurkan dinasti Salajikah.
2. Faktor eksternal
Dinasti Salajikah mengalami disintegrasi yang ditandai dengan terjadinya perang salib yang pecah pada tahun 1097 M, dan pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Hasassiyyin yang mendapat dukungan dari Bani Fatimiyah di Mesir yang telah berhasil membunuh Nizam al-Malik seeorang pedana menteri pada masa kekuasaan Alp Arselan dan Sultan Malik Syah. Dan ditambah dengan datangnya pasukan Mongol di bawah pimpinan Jengis Khan yang menyerbu dan menguasai daerah kekuasaan Islam yang pernah dikuasai oleh dinasti Saljuk dan pada saat dikuasai oleh Halagu Khan, maka inilah akhir dari segala dinamika yang pernah diraih dan dicapai oleh dinasti Selajikah di pentas sejarah kebudayaan Islam kala itu.
Download makalah lengkapnya...
0 comments:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..