Dinasti Ayyubiyah adalah sebuah dinasti yang berasal dari keturunan Kurdi yang tinggal di utara Iraq. Didirikan oleh Shalah al-Din, dan dinisbatkan kepada nama bapaknya Ayyub bin Syazi. Popularitas keluarga ini berawal ketika dua orang bersaudara, Ayyub dan Syirkuh, masuk mengabdi kepada Atabek masing-masing di Syria dan Iraq. Pada saat pengepungan kota Damaskus oleh tentara Salib pada tahun 1146, Ayyub dipromosikan untuk menduduki jabatan gubernur di Damaskus oleh Nur al-Din, yang telah menggantikan ayahnya, Zanki, sebagai Atabek di Syria.
Pada tahun 1160, Nur al-Din mengutus Syirkuh untuk memimpin pasukan ke Mesir, yang mana pada saat itu diperintah oleh khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, al-Adid (1160-1171). Karena perseteruan yang terjadi antara Khalifah Fatimiyah dan perdana menterinya, Syamar, maka khalifah meminta Syirkuh untuk menjadi panglima pasukan Mesir dan untuk memadamkan pemberontakan Syamar. Syamar kemudian meminta dan mendapat bantuan dari pasukan Salib yang dipimpin oleh Amalric I, membuat Syirkuh harus berperang melawan pasukan Kristiani yang melancarkan serangan terhadap Mesir. Syirkuh, secara meyakinkan, dapat mengalahkan serbuan tentara Eropa, dan memaksa mereka untuk meninggalkan Mesir pada tahun 1169. Setelah itu, Khalifah al-Adid melantik Syirkuh sebagai perdana menterinya, dan memintanya untuk mengamankan kembali kerajaan yang memeranginya. Namun dua bulan kemudian, Syirkuh meninggal dunia, dan digantikan oleh kemenakannya, Shalah al-Din, putra Ayyub, menjabat sebagai perdana menteri Khalifah al-Adid sampai kemudian khalifah wafat pada tahun 1171. Sebagai seorang pengikut Atabek Nur al-Din dari Syria, Shalah al-Din menolak untuk mengizinkan khalifah Fatimiyah yang lain untuk menggantikan al-Adid, dan dia mengangkat dirinya sebagai penguasa penuh terhadap bekas rezim Fatimiyah tersebut dan meletakkan batu pertama pendirian Disnasti Ayyubiyah, yang selanjutnya dinasti ini berkuasa di Mesir dan Syria sampai pada tahun 1260.
Dengan demikian, dinasti ini merupakan kelanjutan dari Dinasti Atabek di Syria dan al-Jazirah (Yaman), serta pengganti Dinasti Fatimiyah di Mesir.
Catatan:
Download makalah lengkapnya...
Pada tahun 1160, Nur al-Din mengutus Syirkuh untuk memimpin pasukan ke Mesir, yang mana pada saat itu diperintah oleh khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, al-Adid (1160-1171). Karena perseteruan yang terjadi antara Khalifah Fatimiyah dan perdana menterinya, Syamar, maka khalifah meminta Syirkuh untuk menjadi panglima pasukan Mesir dan untuk memadamkan pemberontakan Syamar. Syamar kemudian meminta dan mendapat bantuan dari pasukan Salib yang dipimpin oleh Amalric I, membuat Syirkuh harus berperang melawan pasukan Kristiani yang melancarkan serangan terhadap Mesir. Syirkuh, secara meyakinkan, dapat mengalahkan serbuan tentara Eropa, dan memaksa mereka untuk meninggalkan Mesir pada tahun 1169. Setelah itu, Khalifah al-Adid melantik Syirkuh sebagai perdana menterinya, dan memintanya untuk mengamankan kembali kerajaan yang memeranginya. Namun dua bulan kemudian, Syirkuh meninggal dunia, dan digantikan oleh kemenakannya, Shalah al-Din, putra Ayyub, menjabat sebagai perdana menteri Khalifah al-Adid sampai kemudian khalifah wafat pada tahun 1171. Sebagai seorang pengikut Atabek Nur al-Din dari Syria, Shalah al-Din menolak untuk mengizinkan khalifah Fatimiyah yang lain untuk menggantikan al-Adid, dan dia mengangkat dirinya sebagai penguasa penuh terhadap bekas rezim Fatimiyah tersebut dan meletakkan batu pertama pendirian Disnasti Ayyubiyah, yang selanjutnya dinasti ini berkuasa di Mesir dan Syria sampai pada tahun 1260.
Dengan demikian, dinasti ini merupakan kelanjutan dari Dinasti Atabek di Syria dan al-Jazirah (Yaman), serta pengganti Dinasti Fatimiyah di Mesir.
Catatan:
Download makalah lengkapnya...
0 comments:
Posting Komentar
Silakan titip komentar anda..