03 September, 2025

Surga dan Kenikmatannya

Surga atau al-Jannah dalam Islam merupakan tempat abadi yang dijanjikan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Ia adalah balasan terbaik atas amal saleh yang dikerjakan di dunia. Kenikmatan surga bukan hanya jasmani, tetapi juga rohani, yang tidak pernah dilihat mata, tidak terdengar oleh telinga, dan tidak terlintas dalam hati manusia.

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌۭ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍۢ جَزَآءًۭ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka (yaitu berbagai nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. As-Sajdah: 17)

1. Nama-Nama Surga dalam Al-Qur'an

Allah menyebut surga dengan banyak nama, menunjukkan tingkatan dan kemuliaannya, di antaranya:

  1. Jannat ‘Adn – Surga tempat tinggal abadi (QS. At-Taubah: 72)
  2. Jannat al-Firdaus – Surga paling tinggi dan paling mulia (QS. Al-Kahfi: 107)
  3. Jannat an-Na’im – Surga penuh kenikmatan (QS. Al-Mutaffifin: 22)
  4. Darus Salam – Negeri keselamatan (QS. Yunus: 25)
  5. Darul Maqamah – Tempat tinggal yang kekal dan tenang (QS. Fathir: 35)

2. Kenikmatan Surga yang Dijanjikan

a. Kenikmatan Fisik

  • Sungai dari air yang tidak berubah, susu, madu, dan khamar yang tidak memabukkan
    (QS. Muhammad: 15)
  • Pakaian sutra, perhiasan emas, dan istana dari mutiara dan emas (HR. Bukhari, Muslim)
  • Buah-buahan yang tidak pernah habis dan daging burung sesuai selera (QS. Al-Waqi’ah: 21)

b. Kenikmatan Rohani

  • Tidak ada rasa sakit, sedih, takut, atau kematian lagi (QS. Al-A’raf: 43)
  • Berjumpa dengan para nabi dan orang saleh (QS. An-Nisa’: 69)
  • Melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala — kenikmatan terbesar

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ ٱلْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌۭ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌۭ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَصْحَـٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ

"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala terbaik (yaitu surga) dan tambahannya. Wajah mereka tidak ditutupi debu dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."
(QS. Yunus: 26)
(Tafsiran: lihat HR. Muslim, no. 181)

3. Siapa Penghuni Surga?

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّـٰتُ ٱلْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan diberi surga Firdaus sebagai tempat tinggal.”
(QS. Al-Kahfi: 107)

Mereka yang dijanjikan masuk surga, antara lain:

  • Orang yang bertaubat dan beramal saleh
  • Orang yang beriman dan bersabar
  • Orang yang berakhlak baik
  • Orang yang menjaga salat dan zakat
  • Para syuhada dan orang jujur

Rasulullah   bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

"Sesungguhnya di surga terdapat seratus derajat yang Allah sediakan bagi para mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi."
(HR. Bukhari, no. 2790; HR. Muslim, no. 1884)

4. Ciri-ciri Ahli Surga dalam Hadis

Rasulullah bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, salatlah di malam hari saat manusia tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.”
(HR. Tirmidzi, no. 2485 – hasan sahih)

5. Surga Tidak Bisa Dibeli dengan Amal, Tapi Karena Rahmat Allah

Rasulullah bersabda:

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ
قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
قَالَ: وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا وَشَيْءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ، وَالقَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوا

"Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga."
Mereka (para sahabat) bertanya: "Termasuk engkau juga, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab: "Ya, termasuk aku, kecuali jika Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku."

(HR. Bukhari, no. 5673; Muslim, no. 2816)

6. Doa Masuk Surga dan Perlindungan dari Neraka

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan berlindung kepada-Mu dari neraka."
(HR. Abu Dawud, no. 792)

 

Surga adalah balasan tertinggi dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Ia bukan hanya impian akhirat, tapi juga motivasi untuk hidup bertaqwa dan beramal saleh di dunia. Marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar dijadikan penghuni surga, dan dijauhkan dari neraka, serta menjaga keimanan dan amal kita dengan ikhlas dan istiqamah.

Referensi:

  • Al-Qur’an al-Karim
  • Shahih al-Bukhari
  • Shahih Muslim
  • Tafsir Ibnu Katsir
  • Riyadhus Shalihin – Imam Nawawi

Penulis:
Dr. Abdul Munir, M.Pd,I
Penyuluh Agama Islam KUA Sape

02 September, 2025

Investasi Akhirat dengan Amal Jariyah

Dalam kehidupan modern, istilah “investasi” sering dikaitkan dengan upaya menanam modal untuk memperoleh keuntungan di masa depan. Namun, dalam perspektif Islam, ada bentuk investasi yang nilainya jauh lebih besar, bertahan lebih lama, dan tidak tergerus oleh inflasi dunia: investasi akhirat melalui amal jariyah. Ini adalah bentuk amal yang terus mengalir pahalanya bahkan setelah pelakunya meninggal dunia.

Dalil dari Al-Qur’an dan Hadis

Islam sangat menekankan pentingnya meninggalkan amal yang bermanfaat dan berkelanjutan. Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ ۚ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍۢ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

"Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki). Dan apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya; dan Dialah Pemberi rezeki yang terbaik.”
(QS. Saba’: 39)

Sedangkan dalam hadis, Rasulullah bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya."
(HR. Muslim, no. 1631)

Apa Itu Amal Jariyah?

Amal jariyah berasal dari kata jariyah yang berarti "mengalir". Maksudnya adalah amal kebaikan yang pahalanya terus mengalir bahkan setelah seseorang meninggal dunia.

Contoh-contoh amal jariyah:

  • Membangun masjid atau fasilitas ibadah
  • Menyumbang wakaf untuk sekolah, rumah sakit, sumur air bersih
  • Menyebarkan atau mencetak mushaf Al-Qur'an
  • Mengajarkan ilmu yang bermanfaat
  • Membiayai pendidikan anak yatim atau santri
  • Menanam pohon yang menghasilkan manfaat

Mengapa Amal Jariyah Disebut Investasi Akhirat?

  1. Pahalanya terus mengalir tanpa putus
    • Seperti bunga dari investasi dunia, amal jariyah memberi "dividen pahala" secara terus-menerus.
  2. Tidak tergerus oleh waktu dan usia
    • Meskipun pelakunya wafat, amalnya tetap hidup dan memberikan manfaat.
  3. Dilipatgandakan oleh Allah SWT
    • Dalam QS. Al-Baqarah: 261, Allah menjanjikan pahala sedekah hingga 700 kali lipat.

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنبُلَةٍۢ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَـٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-Baqarah: 261)

Strategi Praktis Investasi Amal Jariyah

Bidang

Contoh Aksi Nyata

Pendidikan

Menyumbang buku, beasiswa, mengajar

Dakwah

Mendanai media dakwah, radio Islam

Infrastruktur

Wakaf masjid, sumur, jalan ke pesantren

Teknologi

Menciptakan aplikasi atau konten Islami

Lingkungan

Menanam pohon, menjaga sumber air

 

Renungan: Dunia Sementara, Akhirat Kekal

Manusia seringkali sibuk mengejar investasi dunia berupa properti, emas, saham, dan lainnya. Namun Rasulullah mengingatkan:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ الْأَمَانِيَّ

"Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya lalu hanya berangan-angan kepada Allah."
(HR. Tirmidzi, no. 2459 – hasan)

Amal jariyah adalah warisan abadi, jejak amal yang tidak hanya bermanfaat di dunia tapi juga menyelamatkan di akhirat. Ia menjadi bukti cinta sejati kita kepada Allah dan manusia.

Amal jariyah adalah bentuk investasi akhirat yang paling menguntungkan dan abadi. Dengan amal ini, seorang Muslim dapat menabung pahala setelah kematian, sekaligus memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Mari berlomba dalam kebaikan dan menjadikan hidup ini penuh makna, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak.

Referensi

  1. Al-Qur'an al-Karim
  2. Shahih Muslim, no. 1631
  3. Sunan Tirmidzi, no. 2459
  4. Tafsir Ibnu Katsir – QS. Al-Baqarah: 261
  5. Wahbah Az-Zuhaili. Fiqh Islami wa Adillatuhu
  6. Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah

 


01 September, 2025

 

Mendidik Diri Sebelum Mendidik Orang Lain: Dasar Dakwah dan Keteladanan

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam /KUA Sape)

 

Islam sangat menekankan pentingnya pendidikan dan pembinaan karakter, baik secara individu maupun sosial. Dalam proses dakwah dan tarbiyah (pendidikan), Islam mengajarkan bahwa perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Mendidik diri sebelum mendidik orang lain bukan sekadar prinsip etika, tetapi juga bentuk kejujuran dalam menyampaikan kebenaran. Tanpa perbaikan diri, nasihat dan dakwah seseorang akan kehilangan wibawa dan keikhlasan.

 

Allah dan Rasul-Nya mengajarkan bahwa kepribadian seorang pendidik atau da’i harus mencerminkan nilai-nilai yang dia serukan. Karena itu, pembinaan diri menjadi syarat utama bagi siapa saja yang ingin memberi pengaruh dan membentuk karakter orang lain.

 

1. Kewajiban Memperbaiki Diri Sendiri

Allah berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ، كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS. Ash-Shaff: 2–3)

 

Ayat ini menunjukkan bahwa inkonsistensi antara ucapan dan perbuatan sangat dibenci oleh Allah. Orang yang menyeru kepada kebaikan, namun tidak melaksanakannya, termasuk dalam golongan yang dimurkai.

 

2. Bahaya Berdakwah Tanpa Memperbaiki Diri

Rasulullah bersabda:

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ، مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ؟ قَالَ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَآتِيهِ
"Akan didatangkan seseorang pada hari kiamat lalu dilemparkan ke neraka. Maka ususnya keluar dan ia berputar-putar seperti keledai memutar penggiling. Penduduk neraka pun berkumpul kepadanya dan berkata: 'Wahai Fulan, bukankah dahulu engkau memerintahkan kami berbuat baik dan melarang dari kemungkaran?' Ia menjawab: 'Benar, aku memerintahkan kalian kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya. Aku melarang kalian dari kemungkaran, tetapi aku justru melakukannya.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa dakwah tanpa praktik pribadi bukan hanya tidak efektif, tapi juga berpotensi menjerumuskan pelakunya ke dalam murka Allah.

 

3. Keteladanan Nabi dan Ulama Salaf

Rasulullah adalah teladan utama dalam hal menyelaraskan ucapan dan perbuatan. Allah berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
(QS. Al-Ahzab: 21)

 

Begitu pula para ulama salaf. Mereka lebih banyak berdakwah dengan perbuatan daripada perkataan. Hasan Al-Bashri berkata:

“Jika engkau memberi nasihat kepada orang lain, maka lakukanlah pada dirimu sendiri terlebih dahulu. Jika tidak, engkau akan seperti orang yang memanah tanpa busur.”

 

4. Cara Mendidik Diri Sebelum Mendidik Orang Lain

 

a. Muhasabah (introspeksi diri)
Evaluasi diri atas perbuatan yang belum sesuai dengan ajaran Islam.

 

b. Ilmu sebelum amal dan dakwah
Mempelajari Islam dengan benar agar tidak menyampaikan kebodohan.

 

c. Konsistensi amal
Berusaha menerapkan ajaran Islam secara terus-menerus dalam kehidupan pribadi.

 

d. Doa memohon keikhlasan
Meminta kepada Allah agar dimudahkan memperbaiki diri dan niat dalam berdakwah.

 

Mendidik diri sendiri adalah pondasi utama sebelum mendidik orang lain. Seorang pendidik, da’i, atau penyeru kebaikan harus menjadi cerminan nyata dari apa yang dia serukan. Islam sangat menekankan konsistensi antara ilmu, ucapan, dan perbuatan. Tanpa keteladanan, dakwah akan kehilangan ruh dan keberkahan. Maka, marilah kita memulai perubahan dari diri sendiri sebelum menyeru kepada orang lain.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih Bukhari

3.      Shahih Muslim

4.      Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin

5.      Ibnu Qudamah, Mukhtashar Minhaj al-Qashidin

6.      Syaikh Bakr Abu Zaid, Hilyah Thalib al-‘Ilm

7.      Yusuf al-Qaradawi, Fiqh al-Dakwah

8.      Ibnu Jama’ah, Tazkirah al-Sami’ wal-Mutakallim

 


31 Agustus, 2025

 

Dakwah di Kalangan Generasi Z

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I

(Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Bima / KUA Sape)

 

Dakwah merupakan kewajiban umat Islam yang bersifat menyeluruh dan terus-menerus. Dalam konteks kekinian, dakwah menghadapi tantangan baru seiring dengan perubahan sosial dan teknologi, khususnya dalam menjangkau Generasi Z—yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan digital, sangat adaptif terhadap teknologi, kritis terhadap informasi, dan cenderung bebas dalam berekspresi.

 

Di sinilah peran penting dakwah yang kontekstual dan relevan harus dilakukan agar pesan Islam tetap hidup dan menyentuh hati mereka. Dakwah kepada Generasi Z bukan hanya mengandalkan ceramah konvensional, melainkan harus menyentuh platform dan cara berpikir mereka yang unik.

 

1. Perintah Dakwah dalam Islam

Allah memerintahkan umat Islam untuk menyampaikan kebenaran dan menyeru kepada kebaikan dengan cara yang bijak:

ٱدْعُ إِلِىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik."
(QS. An-Nahl: 125)

 

Rasulullah bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
"Sampaikan dariku walau hanya satu ayat."
(HR. Bukhari, no. 3461)

Dua dalil ini menjadi fondasi bahwa setiap Muslim punya tanggung jawab untuk berdakwah, termasuk kepada generasi muda.

 

2. Karakteristik Generasi Z

Memahami objek dakwah adalah langkah awal dalam menyusun strategi. Beberapa ciri khas Generasi Z:

ـ           Digital native: Terbiasa dengan internet, media sosial, dan informasi cepat.

ـ           Visual dan cepat bosan: Lebih menyukai konten singkat, interaktif, dan visual (video pendek, meme, reels).

ـ           Kritis dan mandiri: Tidak mudah percaya, suka membandingkan sumber, dan lebih rasional.

ـ           Berjiwa bebas namun peduli isu sosial: Cenderung suka berekspresi dan aktif dalam isu lingkungan, kemanusiaan, dan keadilan.

 

3. Tantangan Dakwah kepada Generasi Z

ـ           Distraksi digital: Banyaknya konten hiburan membuat konten dakwah tersisih.

ـ           Minimnya literasi agama: Banyak yang Muslim secara identitas tapi kurang paham ajaran Islam.

ـ           Pengaruh liberalisme dan relativisme moral: Merusak pemahaman agama yang lurus.

ـ           Fenomena "islamophobia digital": Narasi negatif tentang Islam tersebar di media sosial.


4. Strategi Dakwah Efektif untuk Generasi Z

a. Gunakan Media Sosial Sebagai Wadah Dakwah
Platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan podcast sangat potensial untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara kreatif.

"Sesungguhnya setiap generasi ada zamannya, dan setiap zaman ada cara dakwahnya." – Prinsip dakwah kontemporer.

b. Konten Ringan, Tapi Bernas
Gunakan bahasa yang sederhana, ringan, namun tetap mengandung nilai syar’i dan logis.

c. Visualisasi yang Menarik
Dakwah lewat desain, infografis, animasi, video pendek, dan ilustrasi memiliki daya tarik kuat bagi Gen Z.

d. Libatkan Mereka Secara Aktif
Berdayakan generasi Z dalam kegiatan dakwah, ajak mereka berdiskusi, membuat konten, dan jadi bagian dari komunitas dakwah.

e. Jadilah Teladan dan Sahabat
Pendakwah tidak hanya menyuruh, tetapi juga mendengarkan dan membimbing. Nabi
adalah uswatun hasanah karena akhlaknya, bukan hanya ucapannya.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagi kalian."
(QS. Al-Ahzab: 21)

 

Dakwah kepada Generasi Z adalah tantangan sekaligus peluang besar bagi umat Islam. Generasi ini memiliki potensi luar biasa jika diarahkan dengan pendekatan yang tepat. Islam sebagai agama yang shalih likulli zaman wa makan (relevan sepanjang masa) dapat disampaikan dengan cara-cara baru, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai wahyu. Melalui pemahaman karakter mereka, pemanfaatan teknologi, dan pendekatan yang bijak, dakwah kepada Generasi Z bisa menjadi gerakan kebangkitan Islam yang kuat dan berkelanjutan.

 

Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim

2.      Shahih al-Bukhari

3.      Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim

4.      Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din

5.      Azzam, Muhammad. Psikologi Dakwah Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2018.

6.      Pew Research Center. Generational Cohort Analysis (2022).

7.      Al-Munajjid, Muhammad Shalih. Dakwah di Era Digital – IslamQA.info

8.      UIN Jakarta. Dakwah Milenial: Strategi Menyapa Gen Z, 2021

 


Popular

Popular Posts

Blog Archive